Tag Archives: September

September Ini PT DI Kirim Pesawat NC212-400 Pembuat Hujan ke Thailand

25 September 2014

NC212 seri 400 (photo : Pawarin Prapukdee)

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Dirgantara Indonesia (Persero) segera akan mengirimkan satu unit pesawat jenis NC212 seri 400 ke negeri gajah putih Thailand. 

Direktur Komersial dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh, menuturkan, rencananya perseroan akan mengirim NC212-400 sekitar akhir September atau awal Oktober tahun ini. “Ini adalah pesawat yang diperuntukkan untuk agrikultur,” kata dia kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2014).

Dari catatan Kompas.com, hingga 2012 lalu, PT DI telah memproduksi sebanyak 104 unit NC212. NC212 ini merupakan pesawat multiguna yang mampu membawa 20 penumpang atau muatan 2.000 kilogram. NC212 seri 200 dan 400 dapat digunakan sebagai pembuat hujan (agrikultur), patroli maritim, dan penjaga pantai. 

Kementerian Pertanian Thailand menggunakan NC212 sebagai pembuat hujan. Sementara TNI AL Republik Indonesia menggunakan seri 200 sebagai patroli maritim selain CN235. Budiman menambahkan, ada satu unit pesawat lagi yang baru saja ditandatangani kontraknya pada pekan lalu. Pesawat berjenis CN235 ini merupakan jenis pesawat multiguna. “Ibaratnya, satu pesawat tapi memiliki lima kemampuan konfigurasi,” tutur Budiman.

Pesawat CN235 memiliki kemampuan untuk VIP configuration, yang bisa digunakan untuk para pejabat. Adapun kegunaan kedua adalah medical evacuation, di mana kursi VIP bisa dirombak untuk keperluan evakuasi korban bencana. 

Pesawat ini juga bisa digunakan untuk mengangkut kargo. Kegunaan keempat, CN235 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang untuk keperluan kepolisian, untuk keperluan terjun payung. 

Asal tahu saja CN235 menjadi salah satu produk unggulan PT DI. Catatan Kompas.com, hingga 2012 ada sebanyak 62 unit pesawat jenis ini yang telah diproduksi, dari kontrak sebanyak 262 unit. CN235 mulai dirancang bangun sejak 1979 bersama CASA.

Pesawat ini memang dirancang multiguna, mampu melakukan take off dan landing di landasan pendek serta di landasan perintis sepanjang (800 meter). Pesawat CN235 telah diproduksi dengan berbagai varian, dengan varian pertama seri 10 dan 100. Sementara itu, varian terakhir menggunakan 2 mesin buatan GE tipe CT7-9C yang masing-masing berdaya 1.750 SHP.

(Kompas)

View the Original article

Comments Off on September Ini PT DI Kirim Pesawat NC212-400 Pembuat Hujan ke Thailand

Filed under Indonesia

New Interceptors set for US Army C-RAM Tests in September

Raytheon's AI3 interceptor consists of a modified AIM-9 Sidewinder airframe, fitted with an RF seeker, datalink and proximity fuse. The AI3 Battle Element also includes an Avenger weapon station carrying four missile launchers and Ku-Band Radar System. (Photo: Raytheon.

Raytheon’s AI3 interceptor consists of a modified AIM-9 Sidewinder airframe, fitted with an RF seeker, datalink and proximity fuse. The AI3 Battle Element also includes an Avenger weapon station carrying four missile launchers and Ku-Band Radar System. (Photo: Raytheon)

On a recent firing test Raytheon has successfully intercepted and destroyed a 107mm rocket target in flight. According to Raytheon, the targets were fired at low quadrant elevation (QE) and were intercepted by the Accelerated Improved Intercept Initiative (AI3) interceptor, as part of the second series of guided test vehicle (GTV) flight tests of the AI3 program. The US Army is expected to embark on live-fire engagements beginning in September 2013. On these tests the AI3 will engage 107mm and other rockets, unmanned air systems (UAS) and other threats to forward operating bases.

The interceptor is a variant of the AIM-9 missile, designed to intercept short range ballistic rockets, mortars, unmanned aerial vehicles and other air breathing platforms. The AI3 Battle element employs a modified Avenger weapon system as a launching platform, comprising common launcher rails supporting AI3, AMRAAM (AIM-120) and Sidewinder (AIM-9) missiles. The primary sensor for the system is the Ku Radio Frequency System (KRFS) fire control radar. The radar and launcher are fully integrated with the Army’s new Integrated Air and Missile Defense Integrated Battle Command System.

“This second GTV demonstrated full integration of the AI3 Battle Element with the C-RAM command and control architecture against the threat target,” said Steve Bennett, Raytheon Missile Systems AI3 Program Director. Immediately after the 107mm target rocket was fired it was picked by the KRFS radar. After the AI3 interceptor was launched, the KRFS continued to track the inbound target, guiding the interceptor via inflight radio frequency (RF) data link updates to position itself at the terminal intercept course. At that position the interceptor transitioned to terminal guidance, using its onboard seeker, assisted by the illumination from the KRFS radar, guiding the interceptor missile to within lethal range. The target was then detected using an active RF proximity fuze that determined the optimal detonation time for the warhead. With these measurements, the missile calculated the appropriate warhead burst time and defeated the incoming threat.

“Beginning only 18 months and one week ago, and with firm cost requirements, the AI3 interceptor project successfully engaged and destroyed an inflight rocket on a challenging, high-speed flight profile greatly enhancing the range of existing capabilities,” said Michael Van Rassen, the U.S. Army’s Project Director for Counter Rockets, Artillery and Mortars (C-RAM) and AI3. “The project used a system of systems approach that lowered risk and enabled an accelerated schedule by leveraging existing government components and off the shelf subsystems to expand the footprint of the protected area for our warfighters.” Van Rassen added.

Other technologies to be tested under the government sponsored evaluation are an EAPS hit-to-kill interceptor developed by Lockheed Martin, and another missile, using fragmentation warhead triggered by proximity fuse, developed by Northrop Grumman. Unlike the two missiles that were specially designed for the EAPS application, AI3 employs an existing weapon (Sidewinder, Avenger), which would be modified for the C-RAM missions. The KRFS also employs existing assets – the Ku Band Multi-function RF System (MFRFS), an electronically-scanned, solid-state phased array radar originally developed to support Active Protection Systems (APS) on future combat vehicles. The static threat warning variant was developed and deployed to provide early warning from rocket threats fired at Low Quadrant Elevation. Utilizing residual assets from the Future Combat Systems (FCS) program, MRFRS was completed in 14 months, delivering 12 systems to protect forward bases in theater.

View the Original article

Comments Off on New Interceptors set for US Army C-RAM Tests in September

Filed under Defense Update

Indonesia will Receive T-50 Golden Eagle Start in September 2013

20 Juni 2013

KAI T-50i Golden Eagle for TNI AU (photo : daum)

Indonesia gears up for T-50

Indonesia will receive its full complement of 16 Korea Aerospace Industries T-50 Golden Eagle advanced jet trainer aircraft between September 2013 and February 2014.

The disclosure was made by a company spokesman at the company’s chalet.

Jakarta ordered 16 T-50s in May 2011, marking the first export sale for the type, which is powered by a single General Electric F404 engine.

Indonesian pilots and maintenance crews are in South Korea familiarising themselves with the type.

In addition, KAI is confident of closing a deal with the Manila for 12 FA-50s, an armed variant of the T-50. Manila will use the type both for training and as a light fighter/attack aircraft.

The company, in co-operation with Lockheed Martin, is also competing against the Alenia/Aermacchi M-346 and BAE Systems Hawk for an eight aircraft requirement in Poland.

Warsaw is reviewing the technical proposals issued by the three companies, and will issue another request for proposals for pricing information in the coming months. A decision could come as soon as early 2014.

(Flight Global)

View the Original article

Comments Off on Indonesia will Receive T-50 Golden Eagle Start in September 2013

Filed under Indonesia

Kontrak Pengadaan Tank dari Jerman Ditanda-tangani Akhir September

13 September 2012

Tank yang akan dibeli dari Jerman adalah 103 MBT Leopard, 50 Marder 1A3 dan 10 unit kendaraan pendukung (photo : Kemhan)

Wamenhan Terima Kunjungan Kuasa Usaha Jerman untuk Indonesia
Jakarta, DMC – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin dengan didampingi Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, S.Ip dan Kepala Bidang Opini Pusat Komunikasi Publik (Kabid Opini Puskom Publik) Kemhan Kolonel Arh Sugandi Agus, Rabu (12/9) menerima kunjungan Kuasa Usaha Jerman untuk Indonesia Mrs. Heeidrun Tempel, di Kantor Kemhan Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut, Wamenhan menyampaikan rencana kunjungan kerja High Level Committee (HLC) ke Jerman untuk bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) baik pabrik Rheinmetall maupun Grob dan tim HLC akan meninjau kesiapan produksi lainnya dari kedua pabrik industri pertahanan Jerman di Frankfurt minggu depan, pihak kedutaan besar Jerman akan membantu menginformasikan rencana kunjungan kerja ini kepada pihak-pihak terkait di Jerman, baik pihak industri pertahanan yaitu pabrik Rheinmetall dan Grob maupun pemerintah Jerman.
Terkait dengan pembelian sejumlah 103 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard, Tank jenis Marder 1A3 sebanyak 50 unit dan Tank pendukung 10 unit, Wamenhan menyampaikan bahwa pihak Rheinmetall akan berada di Indonesia untuk finalisasi penandatanganan kontrak yang akan dilaksanakan pada minggu ke empat September 2012.

Wamenhan juga mengungkapkan pihak Rheinmetall telah mempersiapkan pengiriman perdana Main Battle Tank (MBT) Leopard sesuai dengan target Kementerian Pertahanan tetapi terdapat beberapa hal terkait administrasi dan logistik yang perlu diselesaikan oleh pihak Rheinmetall dengan Kementerian Pertahanan. Dengan demikian Main Battle Tank (MBT) Leopard dapat tiba di Indonesia pada awal November 2012 bertepatan dengan pameran Industri pertahanan Indo Defence 2012.
Menanggapi hal tersebut, pihak kuasa usaha Jerman akan membantu pihak Indonesiadalam hubungan Government to Government.
(DMC)

View the Original article

Leave a comment

Filed under Indonesia

EMB-314 Super Tucano Tiba Awal September

18 Agustus 2012

Pesawat EMB-314 Super Tucano TNI AU (photo : Kemlu)

Jakarta (ANTARA News) – Batch perdana EMB-314 Super Tucano akan menjejakkan roda-rodanya di tanah Indonesia pada awal September nanti. Pesawat counter insurgence berteknologi canggih buatan Brazil ini akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 TNI AU di Malang.
“Lengkap satu skuadron, 16 unit Indonesia beli. Kebetulan saya baru pulang dari pabriknya, batch pertama Super Tucano tengah disiapkan. Keseluruhannya akan hadir pada 2014 nanti,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heryanto, di Jakarta, Rabu.
Super Tucano yang direncanakan akan datang pada batch pertama nanti sebanyak empat unit, namun belum diberi persenjataan lengkap kecuali kanon Browning 12,7 milimeter yang menjadi senjata standarnya. Dia didedikasikan menggantikan OV-10F Bronco buatan Rockwell, Amerika Serikat, yang dibeli baru pada 1975.
Bronco yang telah melahirkan empat kepala staf TNI AU itu dikandangkan sejak akhir 2007; banyak di antaranya menjadi monumen di banyak kota di Indonesia, dalam keadaan sangat tidak terawat.
Jika nanti tiba, maka perjalanan awal karir antara Bronco dan Super Tucano bisa mirip, keduanya langsung dipajang dan diterbangkan dalam upacara HUT ABRI (saat itu) dan TNI pada 5 Oktober. Bedanya, tiga unit Bronco yang baru datang pada 1975 itu langsung diterjunkan ke Timor Timur untuk menyapu perlawanan setempat.
Super Tucano juga akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 yang berpangkalan di Pangkalan Utama TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, sebagaimana Bronco dulu. Kedua pesawat beda generasi ini sangat pas untuk keperluan patroli dan intelijen ketinggian rendah, counter insurgence, close air support, pemotretan udara, dan patroli perbatasan, serta lain-lain.
Dalam Operasi Seroja di Timor Timur, banyak personel infantri TNI AD berterima kasih sekali pada Bronco yang terbang memberi close air support sehingga memecah kemampuan dan konsentrasi lawan.
Jika ditugaskan untuk patroli di garis perbatasan Kalimantan –sebagai misal– Super Tucano diyakini bisa memberi kontribusi besar dengan arsenal tambahan yang memadai. Di antaranya adalah bom Mk-82, peluru kendali AIM-9 Sidewinder, hingga roket 30 milimeter yang ditempatkan di pod-nya.
Jika untuk tugas serupa di garis perbatasan Indonesia-Timor Timur di NTT, hal serupa juga bisa dia lakukan. Super Tucano bisa mendarat dan lepas landas di lapangan terbang dengan dukungan minimum sebagaimana halnya Bandar Udara Haliwen, di Atambua, Kabupaten Belu, yang berbatasan dengan Timor Timur. (*)

View the Original article

Leave a comment

Filed under Indonesia